Penulis : Bung Chalid Maulana Ibrahim
Opini|Pilaradvokasi.com – Hari ini dimana Indonesia sedang mengalami krisis kesadaran sosial masyarakat yang sangat berdampak bagi negara yang kita cintai ini, Indonesia terkenal dengan julukan negara multikutural. Dikarenakan keanekaragaman yang begitu terbentang dari Aceh sampai Merauke, bahkan di negara kita ini lebih dari 300 kelompok etnis dan 200 bahasa daerah yang tercatat dalam sensus penduduk (SP).
Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan bagian b: bahwa keberagaman Kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia ditengah dinamika perkembangan dunia.
Tapi pemerintah sendiri kita lihat semua, bagaimana kinerja mereka yang tidak merata sebagai fasilitator dana, sebagai pelaku dalam kebudayaan adalah seorang pelukis, seniman, pengrajin, bahkan aktivis sosial banyak kritikan yang mereka lakukan akibat pemerintah yang sangat susah dalam mengeluarkan dana untuk kegiatan seni dan budaya dalam kegiatan yang ingin diselenggarakan oleh para seniman Indonesia sehingga aktivitas mereka tertunda.
Tidak hanya itu masyarakat indonesia saat ini semakin dipengaruhi dalam era digitalisasi dan teknologi, dampak media yang berkembang pesat itu semua informasi dan budaya dari luar diserap secara sempurna tanpa penyaringan dan pembedaan budaya, masyarakat juga hari ini lebih tertarik menerapkan budaya asing dalam kehidupan sehari – hari.
Saat ini mayarakat juga memandang budaya asing itu lebih modern dibandingkan dari pada budaya lokal. efek negatif yang kita lihat nilai kebersamaan dalam gotong – royong dan refleksi karakteristik bangsa kita semakin menurun. Masyarakat semakin apatis dan individualistis, rasa terhadap lingkungan semakin berkurang.
Sifat Individualistis dan apatis menyebabkan masyarakat mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan bersama, selain individualisme, ketimpangan sosial juga terjadi dikalangan yang tidak bisa mengikuti era digital. Dengan berkembangnya era digital, budaya lokal mulai hilang seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat.
Masuknya budaya dan nilai – nilai asing serta terabaikannya budaya sendiri menyebabkan tergerusnya nilai – nilai budaya lokal di berbagai daerah di Indonesia.
Hal ini menunjukkan bukti – bukti dari perubahan gaya hidup masyarakat. Terutama di sektoral pedesaan yang masih kental kultur dan budaya disana yang semakin berkurang.
Mahasiswa juga saat ini lebih tertarik dengan hedonisme, konsumerisme, dan materialisme sehingga masyarakat secara tidak langsung menghilangkan budaya moral dan etika yang kita junjung sebagai bangsa Indonesia.
Mahasiswa tak lagi ingin merasakan dunia budaya dan seni tidak ingin lagi menciptakan sebuah kegiatan budaya untuk bertujuan meningkatkan kembali kesadaran mahasiswa dan masyarakat disekitaran lingkungan kampus. secara tidak langsung prasarana kegiatan kampus yang kental akan kebudayaan lokal seperti dibungkan oleh kebutuhan mahasiswa dalam era digital.
Yang dikatakan oleh bung karno didepan landraad bandung, dalam buku Indonesia Menggugat, “kata kautsky: imprealisme – modern adalah suatu politik, yang justru memasukkan kapital – kapital ke tanah jajahan, mendirikan bangunan – bangunan budaya di negeri – negeri ini.
Jadi, nampaknya tidak lagi membinasakan, tapi justu memajukan budaya. Jadi saat ini mungkin kitra merasakan dampak yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, tak ada lagi yang mau membahas budaya lokal, tak ada lagi melihat suasana tari daerah yang begitu banyak arti dan pesan moral akan kita ketahui.
Didesa saat ini mulai terguras oleh budaya asing yang semakin pesat kedalam kehidupan setiap masyarakat adat tersebut. Jikalau kita lihat permasalahan tersebut, pemerintah harus kembali melihat secara merata dengan Pendidikan budaya lokal disetiap sekolah – sekolah, memperkenalkan adat dan budaya di Indonesia.
Kalau kita sebagai masyarakat yang sudah tidak melihat lagi kebudayaan dan seni di Indonesia tersebut maka hancurlah sebuah peradaban dalam negeri kita yang tercinta ini.
Diakhir kata yang saya rumuskan dan saya simpulkan dan saya mengutip dalam perkataan bung karno mengatakan: “Aku bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, karena aku dilahirkan dengan perasaan halus dan darah seni”